Rabu, 22 Juni 2011

Pengertian sanad dan matan hadits


A.     Pengertian Sanad dan Matan
1.    Sanad
Unsur pertama dalam hadits adalah sanad. Secara etimologi, sanad berasal dari bahasa arab. Bentuk jama’nya asnad atau sanadat, yang mempunyai beberapa arti, yaitu:
a.    Al-mu’tamad, artinya yang menjadi sandaran atau tempat bersandar
b.    Sesuatu yang dapat dipegangi atau dipercaya, kaki bukit atau kaki gunung, dan
c.    Thariq (jalan)[1]
Dalam buku lain juga menyebutkan pengertian sanad menurut bahasa adaمارتفع من الارض, yaitu bagian bumi yang menonjol, sesuatu yang berada dihadapan anda dan yang jauh dari kaki bukit ketika anda memandangnya. Bentuk jama’nya adalah اسناد. Segala sesuatu yang disandarkan kepada yang lain disebut مسند. Dikatakan , maknanya seseorang yang mendaki gunung. Dikatakan pula , maknanya seseorang menjadi tumpuan.
Secara istilah, sanad didefinisikan sebagai berikut,
سلسلة الرجال الموصلة للمتن
3
 
“Silsilah orang-orang yang menghubungkan kepada matan hadits”
Yang dimaksud silsilah orang-orang adalah susunan atau rangkaian orang-orang yang menyampaikan materi hadits, sejak yang disebut pertama sampai kepada nabi Muhammad SAW yang perkataan dan perbuatan, taqrir dan lainnya merupakan materi atau matan hadits. Dari pengertian tersebut, sebutan sanad hanya berlaku pada serangkaian orang, bukan dilihat dari sudut pribadi atau perseorangan.[2] Adapun sebutan untuk pribadi, yang menyampaikan hadits dilihat dari sudut orang per orang disebut rawi.[3]
Menurut ahli hadits, sanad adalah sebagai berikut:
الاخبار عن طريق المتن
Artinya :
“Berita-berita tentang jalannya matan”
Yang dimaksud dengan jalannya matan pada definisi di atas adalah serangkaian orang-orang yang menyampaikan atau meriwayatkan matan hadits, mulai perawi pertama sampai yang terakhir.[4]
Deifnisi di atas dipertegas dengan definisi yang lebih rinci sebagai berikut:
طريق المتن اوسلسله الرواة الذين نقلوالمتن عن مصدر الاول
Artinya :
“Jalan matan atau silsilah para perawi, yaitu yang menukilkan matan hadits dari sumbernya yang pertama (yaitu, Nabi Muhammad SAW).[5]
Dengan demikian, sanad adalah rantaian penutur atau periwayat hadits. Sanad terdiri dari seluruh penutur, mulai orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga Rasulullah. Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat.
Sebuah hadits memiliki memilki beberapa sanad dengan jumlah penutur atau perawi bervariasi dengan lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad disebut thabaqah. Signifikasi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thabaqah sanad akan menentukan derajat hadits tersebut.
Jadi yang perlu dicermati dalam memahami hadits terkait dengan sanadnya adalah keutuhan sanadnya, jumlahnya dan perawi akhirnya.
Selain istilah sanad, terdapat juga istilah-istilah lainnya, seperti isnad, musnad dan musnid. Istilah-istilah itu mempunyai kaitan erat dengan istilah sanad
Isnad, berarti menyandarkan, mengembalikan ke asalnya, dan mengangkat hadits kepada pengucapannya, yakni menjelaskan jalur matan dengan periwayatan hadits secara berantai. Kadang-kadang kata isnad diartikan sama dengan sanad, suatu proses penggunaan bentuk masdar dengan arti bentuk maf’ul seperti kata khalq diartikan dengan makhluk. Oleh karena itu kita sering mendapatkan para muhaditsin menggunakan kata sanad dan isnad denagn satu makna.Yang dimaksudkan adalah رفع الحديث الى قائله    (menyandarkan hadits kepada orang yang mengatakannya).
Menurut Ath-Thibi, seperti yang dikutip oleh Al-Qasimi, kata isnad dengan as-sanad mempunyai arti yang hamper sama atau berdekatan. Ibn Jama’ah dalam hal ini lebih tegas lagi. Menurutnya ulama’ muhaditsin memandang kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama, yamg keduanya dapat dipakai secara bergantian.[6]
Musnad mempunyai beberapa arti sebagai berikut:
1.    Hadits yang diriwayatkan atau disandarkan atau diisnadkan kepada seseorang yang membawanya, seperti Ibnu Shihab Az-Zuhri dan Malik Ibn Anas
2.    Nama kitab yang menghimpun hadits-hadits dengan sistem penyusunannya berdasarkan nama-nama para sahabat perawi hadits, seperti kitab Musnad Ahmad
3.    Nama bagi Hadits yang memenmui krriteria hadits marfu’(disandarkan kepada Nabi SAW), dan muttasil (sanadnya bersambung sampai kepada akhirnya)
Musnid, orang yang menerangkan sanad satu hadits.[7]
Ø Sanad hadits itu ada dua macam:
a.    Sanad ‘Aliy adalah sebuah sanad yang jumlah rawinya lebih sedikit disbandingkan dengan sanad lain. Hadits dengan sanad yang jumlah rawinya sedikit akan tertolak dengan sanad yang sama jika jumlah riwayatnya lebih banyak. Sanad ‘Aliy ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu sanad yang mutlak dan sanad yang nisbi (relatif).
1)   Sanad ‘Aliy yang bersifat mutlak adalah sebuah sanad yang jumlah rawinya hingga sampai kepada Rasulullah lebih sedikit jika dibandingkan dengan sanad yang lain. Jika sanad tersebut shahih, sanad itu menempati tingkatan tertinggi dari jenis sanad ‘aliy
2)   Sanad‘aliy yang bersifat nisbi adalah sebuah sanad yang jumlah rawi di dalamnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan para imam ahli hadits, meskipun jumlah rawinya setelah mereka hingga sampai kepada Rasulullah lebih banyak.
Para ulama’ hadits memberikan perhatian serius terhadap sanad ‘aliy, sehingga mereka membukukan sebagian diantaranya dan menamakannya dengan ats-Tsulsiya. Yang dimaksud dengan ats-Tsulsiya. Adalah hadits-hadits yang jumlah rawi dan sanadnya antara rawi yang menulisnya dengan Rasulullah berjumlah tiga orang perawi.[8]
b.    Sanad Nazil
Adalah sebuah sanad jumlah rawinya lebih banyak jika dibandingkan dengan sanad yang lain. hadits dengan sanad  yang lebih banyak akan tertolak dengan sanad yang sama jika jumlah rawinya lebih sedikit
2.    Matan
Unsur  hadits yang kedua adalah matan. Dari segi bahasa, matan mempunyai beberapa arti, yaitu:
1.      Punggung jalan (muka jalan), tanah yang keras dan tinggi
2.      Membelah, mengeluarkan
3.      Mengikat, seperti mengikat busur dengan tali
4.      Jauh, sangat jauh[9]
Menurut istilah, kata matan berarti berita yang berupa perkataan, perbuatan atau taqrir Nabi Muhammad SAW yang terletak setelah sanad. Menurut istilah ilmu hadits, matan didefinisikan sebagai berikut:
من انتهى اليه السند من الكلام فهو نفس الحديث اللذي ذكر الاسناد له
Artinya:
“Perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi SAW yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya.”[10]


 

Para ulama’ kerap berbeda secara redaksional dalam member definisi matan. Namun pada intinya adalah sama. Matan dimaknai sebagai materi atau isi berita hadits yang dating dari Nabi SAW. Matan hadits ini sangat penting karena menjadi topic kajian dan kandungan syariat islam untuk dijadikan petunjuk daam beragama.[11]

B.       Penerapan Sanad dan Matan
1.    Sanad
Contoh sanad dalan sebuah hadits,:
حدثنا الحميدي عبدالله بن الزبير قال: حدثنا سفيان قال: حدثنا يحي بن الانصاري قال: اخبرني محمد بن ابراهيم التيمي انه سمع علقمة بن قواص الليثي يقول: سمعت عمر بن الخطاب رضي الله عنه علي المنبر قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: انما الاعمال با النيات وانما لكل امرئ ما نوا, فمن كانت هجرته الى الدنيا يصيبها او الى امراءة ينكحها فهجرته الى ما هاجر اليه.
“Telah meriwayatkan kepada kami Al-Humaidi Abdullah bin Az-Zubair, katanya, ‘’telah meriwayatkan kepada kami Sufyan, katanya, ‘’telah meriwayatkan kepada kami Yahya bin Sa’id Al-Anshari, katanya, ‘’telah negabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim ‘At-Taymiyyu, sesunnguhnya dia mendengan bahwa Alqamah bin Waqash Al-Laitsiyah berkata, telah mendengar dari Umar bin Khattab ra, berkata, ‘’aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda ,: sesungguhnya setiap amal perbuatan itu hanyalah bergantung pada niat, dan sesungguhnya bagi setiap orang hanyalah memperoleh sesuai apa yang diniatkan. Barangsiapa yang hijrahnya menuju keridlaan Allah dan Rasulnya, hijrahnya itu ke arah Allah dan Rasulnya. Dan barang siapa yang hijrahnya itu kaurena dunia yang ingin diraihnya atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, hijrahnya itu ke arah apa yang ia tuju.”

Dalam hadits di atas, yang dinamakan sanad adalah:
حدثنا الحميدي عبدالله بن الزبير قال: حدثنا سفيان قال: حدثنا يحي بن الانصاري قال: اخبرني محمد بن ابراهيم التيمي انه سمع علقمة بن قواص الليثي يقول: سمعت عمر بن الخطاب رضي الله عنه علي المنبر قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول:
“Telah meriwayatkan kepada kami Al-Humaidi Abdullah bin Az-Zubair, katanya, ‘’telah meriwayatkan kepada kami Sufyan, katanya, ‘’telah meriwayatkan kepada kami Yahya bin Sa’id Al-Anshari, katanya, ‘’telah negabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim ‘At-Taymiyyu, sesunnguhnya dia mendengan bahwa Alqamah bin Waqash Al-Laitsiyah berkata, telah mendengar dari Umar bin Khattab ra, berkata, ‘’aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda ,:
Dari contoh hadits tersebut , sanad hadits bersangkutan adalah Al-Bukhori à Al-Humaidi Abdullah bin Zubair à Sufyan à Yahya bin Sa’id Al-Anshari à Muhammad bin Ibrahim At-Taymiyyu à Alqamah bin Waqash Al-laitsiyya à Umar bin Khattab r.a. à Rasululah SAW.
Sebuah hadits dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah perawi bervariasi dlam lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad disebut thabaqah. Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thabaqah sanad akan menentukan derajat hadits tersebut.

2.    Matan
Kita juga dapat mengambil contoh matan dalan hadits di atas yaitu:
انما الاعمال با النيات وانما لكل امرئ ما نوا, فمن كانت هجرته الى الدنيا يصيبها او الى امراءة ينكحها فهجرته الى ما هاجر اليه.
,: sesungguhnya setiap amal perbuatan itu hanyalah bergantung pada niat, dan sesungguhnya bagi setiap orang hanyalah memperoleh sesuai apa yang diniatkan. Barangsiapa yang hijrahnya menuju keridlaan Allah dan Rasulnya, hijrahnya itu ke arah Allah dan Rasulnya. Dan barang siapa yang hijrahnya itu kaurena dunia yang ingin diraihnya atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, hijrahnya itu ke arah apa yang ia tuju,

Terkait dengan matan atau redaksi, yang perlu dicermati dalam memahani hadits adalah:
a.       Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi SAW atau bukan
b.      Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan hadits lain yang lebih kuat sanadnya (apakah yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat Al-Qur’an (apakah ada yang bertolak belakang).[12]


[1] Matsna Muhammad,Pendidikan Agama Islam Al-Qur’an Hadits, (Semarang:Toha Putra,2008)55
[2] Agus Sholahuddin,Agus Suyadi,Ulumul Hadits,(Bandung:CV.Pustaka setia,2009)90
[3][3] Utang Ranuwijawa,Ilmu Hadits(Jakarta:Gaya Media Pratama,1996)92
[4] Matsna Muhammad,Pendidikan Agama Islam Al-Qur’an Hadits, (Semarang:Toha Putra,2008)56
[5] Ibid,57
[6] Fauziyah, Lilis, Andi Setiawan, Kebenaran Al-Qur’an dan Hadits, (Solo: Tiga Serangkai,2007)98
[7] Ibid,99
[8] Agus Sholahuddin,Agus Suyadi,Ulumul Hadits,(Bandung:CV.Pustaka setia,2009)92
[9] Ibid,94
[10] Abdul Majid Khon, Abdul Ghofur, Rahasia Warisan Nabi, (Yogyakarta:Pustaka Intan Madani,2008)128
[11] Ibid,129
[12] Agus sholahuddin, Agus Suyadi, Ulumul Hadits, (Bandung:Cv. Pustaka Setia,2009)97